Adalah Muklasin (30), warga RT 01 RW 01 Desa Jembangan Kecamatan Poncowarno Kebumen yang setiap paginya sudah mangkal di pojok barat utara alun-alun Kebumen menjajakan dagangan Kembang Tahu ( Wedang Tahu).
Bermodal gerobak berisi dagangan yang diletakkan dijok motor, Muklasin melayani pembeli sejak pukul 06.00 WIB.
Kembang tahu atau yuba (bahasa Jepang) adalah produk sampingan proses perebusan kedelai yang diambil dari endapan yang terkumpul di permukaan air perebusan kedelai. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai tofu skin.
Kembang tahu biasa dijual kering dengan berbagai konsistensi. Berdasarkan kekerasan dan ketebalannya, dikenal di pasaran gohyong (kembang tahu tipis atau ngohiong), kembang tahu batangan, kembang tahu simpul, dan kembang tahu tebal. Pemanfaatannya biasanya sebagai campuran sup tertentu, seperti timlo, atau makanan tumisan seperti cap cay.
Muklasin menjelaskan bahannya berasal dari kedelai sutra yang mempunyai tekstur lebih lembut dan halus karena kedelai yang digunakan kedelai impor. Sekilo kedelai sutra setara 6 kilo kedelai biasa, sehingga saat diolah mirip puding lebih lembut.
Kembang Tahu yang dijual Muklasin cukup sederhana, namun menyehatkan. Pasalnya Kembang tahu (wedang tahu) buatannya dijual dengan dicampur kuah dari rebusan gula merah dan jahe. Rasanya manis dan segar saat di telan karena ada jahe serta wangi aroma khas pandan.
Selain menyehatkan juga menyegarkan apalagi dimakan setelah joging atau berolah raga pagi di alun-alun. Tak heran, dagangannya habis terjual tidak lebih dari jam 08.00 WIB.
 |
| Saat melayani pembeli |
